Awal mula cinta sama sushi (atau: kenapa mulut gue nggak bisa diem)
Aku ingat pertama kali nyobain sushi itu waktu ikut teman ke restoran Jepang kecil. Awalnya cuek-cuek aja, pikirnya cuma nasi sama ikan, lah. Tapi begitu satu gigitan nigiri salmon masuk, rasanya seperti ada kafein buat lidah—langsung melek. Sejak itu, kayak masuk fase baru: koleksi restoran sushi, stalking menu, sampai belajar bedain sashimi sama sushi (iya, gue dulu sering salah kaprah).
Gak semua sushi itu mahal, bro
Banyak yang mikir makan sushi harus siap merogoh kocek dalem-dalem, padahal banyak level. Ada yang pakai sabuk berjalan alias kaiten sushi (yang seru buat yang kurang sabaran), ada yang ala-ala izakaya murah meriah, dan ada juga omakase—yang biasanya bikin dompet nangis manis. Omakase itu chef yang tentuin semuanya, kamu tinggal percaya dan menikmati. Kalau lagi hemat, cari restoran lokal yang punya set lunch; seringkali rasanya oke dan porsinya pas buat ngisi perut tanpa drama.
Etika makan sushi — santai tapi ada aturannya
Nah, ini penting: budaya makan Jepang itu sopan, tapi makan sushi malah bisa santai. Contohnya, boleh kok makan nigiri pake tangan (jangan takut kotor), dan pastiin gigitanmu satu suap kalau bisa—biar chef nggak sedih lihat seni mereka hancur. Wasabi? Biasanya chef udah ngasih takaran di antara ikan dan nasi, jadi jangan langsung cemplungin seluruh sachet wasabi ke kecap. Kalau mau nambah kecap, celupin ikannya, bukan nasinya—biar nasi nggak ambyar dan tetap ngejaga tekstur.
Standar-standar kecil yang bikin kamu kelihatan sopan
Beberapa kebiasaan yang bikin nilai kamu naik di mata chef: jangan suapin orang lain pake sumpit yang sama (itu taboo di Jepang), gunakan gari (acar jahe) sebagai pembersih palate, dan kalau makan sesuatu yang enak bilang “oishii” di hati aja—di sini sih biasa bilang “enak!” aja. Oh iya, di Jepang biasanya nggak ada tip, di restoran autentik juga kadang pelayanan sudah termasuk. Jadi, kalo makan di luar negeri, cek dulu budaya lokalnya.
Teknik dasar: celup, gigit, jangan sok jago
Satu trik yang gue pelajari: celupin bagian ikan ke kecap, bukan nasi. Kalau pakai wasabi tambahan, cukup taruh sedikit di ikan lalu celup. Nigiri idealnya dimakan satu gigitan supaya perpaduan rasa sempurna; kalo keburu besar banget dan harus digigit dua kali, ya nggak apa-apa juga, cuma rasanya bisa berubah. Untuk sashimi, nikmati potongan ikan mentah itu sendiri, terasa teksturnya lebih nyata. Dan jangan lupa: minum air atau teh untuk reset rasa antar gigitan.
Kalau kamu di luar Jepang: gimana cari tempat yang oke?
Seringkali restoran Jepang di kota besar seperti Jakarta atau kota lain menyesuaikan selera lokal—ada versi fusion yang nge-blend rasa. Cari review, lihat Instagram (iya, kadang foto makanan bisa ngelohatin…), dan kalau bisa cek apakah mereka bawa bahan impor atau lokal. Kalau pengen nuansa autentik dengan chef yang serius, cari yang punya counter dan kursi menghadap chef; pengalaman makan di counter itu beda banget, terasa personal.
Rekomendasi singkat — dari yang santai sampai agak kelas atas
Buat yang pengen coba style conveyor belt, itu asyik buat kencan santai atau makan bareng teman. Omakase cocok buat momen spesial—siap-siap aja untuk menu misterius dan harga yang menggigit. Dan kalau kamu lagi di Philly (iya, gue sempat nyoba juga waktu jalan-jalan), ada tempat lokal yang asyik, cek aja tsukisushiphilly buat liat menu mereka. Jangan lupa buat reservasi kalau malam minggu, penuh coy!
Musim ikan itu nyata—belajar jadi picky eater yang pinter
Di Jepang, orang sering ngomong soal shun—musim terbaik buat jenis ikan tertentu. Ikan yang lagi musim rasanya beda: lebih berminyak, tekstur mantap, dan tentunya lebih sedep. Jadi, kalau chef nawarin sesuatu yang lagi musim, percayalah, itu usually pilihan yang paling recommended. Belajar sedikit soal shun bisa bikin kamu lebih appreciate tiap gigitan.
Penutup: sushi itu bukan cuma makan, tapi pengalaman
Intinya, makan sushi itu pengalaman—dari susunan nigiri sampai interaksi singkat dengan chef. Santai aja, nikmati prosesnya, dan jangan takut tanya jika ragu (chef biasanya senang jelasin). Kalau kamu baru mau nyoba, mulai dari yang familiar dulu: tuna, salmon, atau ebi. Lama-lama kamu bakal berani eksplor yang aneh-aneh—lalu balik lagi ke favorit yang bikin rindu. Selamat jelajah sushi, semoga dompet dan lidahmu selamat bersahabat!